Rabu, 20 Januari 2016

Wiro Sableng #177 : Jaka Pesolek Penangkap Petir

Wiro Sableng #177 : Jaka Pesolek Penangkap Petir Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : MALAM JAHANAM DI MATARAM

GADIS BERKUMIS HALUS TATAP ORANG-ORANG YANG ADA DI HADAPANNYA LALU BERKATA."NAMAKU JAKA. ORANG MENYEBUTKU JAKA PESOLEK. KARENA AKU MEMANG, SUKA BERDANDAN. KALIAN SUDAH MELIHAT DIRIKU. BEGINILAH KEADAANKU." "AKU ... AKU MASIH BELUM MENGERTI" KATA MAYAT ANEH KETIGA. "SAHABAT INI SEBENARNYA SEORANG JAKA ATAU SEORANG GADIS?" JAKA PESOLEK TERSENYUM. DIA KEDIPKAN MATA PADA MAYAT ANEH KETIGA. "KALAU DITANYA AKU INI SEORANG PERJAKA ATAU SEORANG GADIS MAKA AKU ADALAH KEDUA DUANYA."

SATUPETI mati hitam melesat di udara seolah terbang hendak menembus langit. Di ufuk timur sang surya memancarkan cahaya benderang namun belum mampu meredam kesejukan pagi.

Di atas peti mati Empat Mayat Bersaudara atau Empat Mayat Aneh duduk uncang-uncang kaki. Sesekali terdengar mereka tertawa cekikikan, "Gadis di dalam peti. Tubuhnya molek. Aku yakin dia cantik sekali. Tapi mengapa wajahnya aneh menyeramkan. Hidung berada di pipi! ihh... bagaimana mau menciumnya! Hik... hik... hik!" Yang berkata adalah Mayat Aneh Kesatu, bicara sambil meletakkan dua tangan di atas mata.

Mayat Aneh Kedua turunkan dua tangan yang menekap mulut lalu menegur.

"Saudaraku, apa kau lupa ujar-ujar Pelihara Mulut Hanya Bicara Kebaikan?!"

"Walah ... Aku salah! Aku memang salah! Tapi sekali-sekali bicara keindahan mahluk ciptaan Ya
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #177 : Jaka Pesolek Penangkap Petir Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Rabu, 06 Januari 2016

Senyuman di Langit Awangga

Senyuman di Langit Awangga Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Awan mendung menggelayut langit Awangga. Angin dingin berhembus menerkam kebahagian. Semua berganti muram. Awangga telah lelah dipermainkan oleh alam. Dan saat ini negara itu telah jatuh dalam kemurungan. Kesedihan melanda seluruh istana.

Tangisan lirih menggema dari sudut ruangan besar di kaputren. Sebuah ranjang tergeletak dengan sesosok tubuh diatasnya. Terdengar suara isak tangis tertahan. Hari ini apa yang telah dikuatirkan oleh Dewi Surtikanti benar-benar terjadi.

Sejak semalaman kegelisahan dan kebimbangan hatinya terus hinggap, meskipun kata-kata penenang terucap dari Prabu Karna. Semalam adalah malam tersingkat dalam hidupnya. Ia merasa tidak ada lagi yang mampu menopang hidupnya kali ini. Semua telah pergi.

Orang yang dicintainya telah tiada untuk selamanya. Masih terngiang jelas di benaknya. Sentuhan lembut suami tercinta. Masih terasa di tangannya genggaman cinta yang diberikan oleh Prabu Karna. Masih terdengar suara menenangkan suaminya, ketika meminta ijin untuk pamit pergi kesokan hari. Masih tergambar roman muka penuh cinta yang ditampakkan oleh Prabu Karna kepadanya. Bahkan Dewi Surtikanti masih terbayang kecupan lembut di pipinya sebagai penghantar tidur pembuka pintu mimpi semalam.

Namun dari kesemuanya itu, tatapan terakhir Prabu Karnalah yang kuat menusuk hatinya. Tatapan terakhir di pagi buta sebelum meninggalkan istana Awangga. Terpanc
... baca selengkapnya di Senyuman di Langit Awangga Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sabtu, 02 Januari 2016

Kebaikan Seseorang Kadang Terlihat Setelah Ia Wafat

Kebaikan Seseorang Kadang Terlihat Setelah Ia Wafat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Oleh: Titi Setianingsih

Tadi pagi aku melayat teman kantorku, almarhum Mas Darmanto di daerah Kayu Manis. Setiap ada teman/kerabat yang meninggal yang terbayang mesti kebaikannya. Aku tidak terlalu dekat dengan almarhum, tapi sebagai teman satu kantor aku berusaha berbuat baik padanya, menghormati dia karena usianya lebih tua dariku. Tapi kadang akupun bercanda padanya. Karena almarhum namanya Sudarmanto, aku suka ngeledek. Awas … awas … minggir … ada Mas Manto. Entar dimakan lho…!! Ingat kan tokoh orang makan orang? Sumanto yang dari Purbalingga itu.

Maafkan ya Mas Manto. Semoga Mas Manto berpulang dengan tenang dan damai di sisiNYA. Amin.

Sepulang ngelayat, aku jadi ingat juga almarhum pak Mus, PUKET I di kampusku. Beliau orangnya baik, bijak, sabar, sangat menghargai orang lain, dan kebapakkan. Kayaknya semua ucapannya tidak pernah menyakitkan. Beliaupun meninggal beberapa bulan yang lalu. Bagi orang Yayasan tentu merupakan derita yang amat mendalam ditinggalkan orang yang membesarkan Yayasan, yang berjuang hingga di penghujung usianya.

Ketika itu aku lagi ambil S2 di kampus tempat aku me
... baca selengkapnya di Kebaikan Seseorang Kadang Terlihat Setelah Ia Wafat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu